Selasa, 24 April 2012

TANGISAN PERTAMA MEMBAWA BAHAGIA


Oleh : Rudi Al-Farisi
Malam yang dingin itu, lutfi
masih saja asyik dengan kebiasaan
lamanya. Mabuk mabukan, judi
dengan ditemani wanita seksi, sudah
biasa dalam kehidupannya. Disaat
semua orang terlena dengan mimpi
mimpi tidurnya, ia malah makin
nikmat dengan permainan
maksiatnya.
Tiba tiba hp nya berdering
tanda sms masuk.
Sebentar kawan…ucap lutfi.
Segera pulang,
istrimu sedang dirumah sakit,
ia akan melahirkan.
Spontan ia terkejut. Lalu bergegas
menghidupkan sepeda motornya.
Sampai dirumah sakit. Mertuanya
langsung menyemprot nya dengan
bumbu bumbu ceramah. Ia tak ambil
pusing, segera saja ia bertanya
kepada dokter tentang keadaan
istrinya.
Lutfi memang termasuk bandit.
Semua orang mengetahuinya. Tetapi
ia tidak bisa menghilangkan rasa
cintanya pada sang istri yang begitu
sabar menghadapi sifat bejatnya.
Pernah suatu ketika, ia tertangkap
oleh polisi dan dipenjara beberapa
bulan. Hanya istrinya yang selalu
setia menjenguk dan membawakan
makanan ke penjara. Guna menjaga
gizi sang suami tercinta. Itu terjadi
pada saat bulan kedua
pernikahannya.
Dok. Gimana kondisi istriku…”
Tanya lutfi pada dokter.
Tenang pak.. istri bapak besok
akan segera kita operasi. Air
ketubannya sudah kering. Sekarang
kita bantu dengan infus, kita akan
persiapkan semuanya. Tolong pak,
diurus administrasinya”. Jelas dokter.
Baik pak.. saya minta tolong
pak, berikan yang terbaik untuk istri
saya..”.
Melihat suasana itu, mertuanya
terlihat luluh, memang lutfi dikenal
masyarakat sebagai pemuda yang
brandal, mungkin karena umurnya
yang masih muda, tetapi didalam
relung hatinya, ia sangat mencintai
istrinya.
* * * * * * * * * *
Didepan kamar operasi,
keluarga dan tetangga dekat telah
menunggu apa yang akan terjadi.
Tiba tiba pintu ruang operasi
terbuka, setelah dua jam mereka
menunggu.
Siapa ayahnya,,” suara perawat
memecah kerisauan.
Saya mbak..” jawab lutfi spontan.
Selamat pak,,,” anak bapak laki laki..
ucap suster.
ALHAMDULILLAHHHH”. Teriak serentak
diruangan itu.
“ Istri saya gimana mbak…
“ Tenang pak,,lagi dalam pemulihan,
ia tak apa apa. Masih dalam efek bius.
Lebih baik bapak ikut saya keruang
incubator, biar sikecil langsung di
azankan. Jelas mbak perawat.
Azan”..teriak halus bibirnya.
Seketika mendengar seruan untuk
mengazankan anaknya. Sontak kaki
lutfi kaku bagai tak ada refleks untuk
bergerak. Ia diam membisu, bibirnya
gemetar, ia bingung dengan apa
yang terjadi. Keluarga yang melihat
kejadian itu, tidak begitu kaget,
karena lutfi dikenal sebagai sosok
yang tak tahu soal agama.
Sholat aja tak pernah apalagi
bacaannya”. Celetuk bibir usil salah
satu keluarga.
“ Ba…baik mbak..” jawab lutfi terbata.
Di ruang incubator, lutfi
mengumandangkan azan ditelinga
kanan putranya. Ia memang tak
pernah sholat, tapi ia sering
mendengar suara azan
berkumandang di mesjid dekat
rumahnya. Ia masih ingat nada nada
seruan sholat itu, walaupun tidak tau
artinya tapi ia ingat betul urutannya.
“ ALLAHU AKBAR…ALLAHU
AKBAR..”
“ LAAILAHAILLALLAHU..”
Keluarga yang sedang
penasaran ingin melihat sang bayi,
tepat didepan pintu ruang incubator
terkejut, heran, kagum, haru,
menyaksikan suasana itu. Bisa juga
ya… anak itu azan”. Celetuk bibir ibu
mertuanya.
Lutfi yang terdiam kaku melihat
wajah bayi mungil itu, tak terasa
matanya basah meneteskan air
bening hingga membasahi pipinya,
kakinya kaku bagai dipasung,
badannya oleng tak seimbang hingga
akhirnya ia roboh, membentuk posisi
sujud kepada Rabb nya. Ia bingung
dengan kondisi dirinya.
“ apa yang terjadi…lirih hatinya
kebingungan.
Keluarganya diluar lebih kaget
melihat lutfi dengan posisi sujud itu.
Adik ipar yang hendak masuk untuk
menolong abang iparnya itu dilarang
pak mansyur tetangga lutfi yang ikut
menjeguk.
Biarkan saja, hidayah ALLAH
sedang berproses pada dirinya.
Jawab pak mansyur, takmir mesjid
dekat rumahnya.
Keluarga, tetangga dan para
penjeguk dari teman temannya, haru
terdiam melihat suasana itu. Malah
ibu mertuanya menangis
menyaksikan peristiwa itu.
Lutfi masih sujud, air matanya
sudah menggenangi lantai ruangan
itu. Sudah sepuluh menit ia dibiarkan
begitu, tubuhnya yang masih lemas
tiba tiba bangkit mendengar tangisan
putranya, seakan putranya tahu
kondisi ayahnya. Dan menangis
memecah suasana. Tangisan itulah
yang membawa cahaya bagi
hidupnya.
Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar