Berikut ini adalah kumpulan humor segar pelepas stres,
:-) :-)
Prabowo Jadi Intel
Tiga orang prajurit muda melamar untuk jadi
intel BIA. Mereka bergiliran menjalani ujian lisan.
Karena untuk jadi intel di Indonesia tidak
diperlukan kecerdasan tinggi, pertanyaannya
pun sederhana, tidak panjang lebar,
menyangkut pengetahuan umum yang dasar.
Tapi karena si penguji kebetulan orang Jawa
yang doyan wayang, soal-soal hari itu berkenaan
dengan cerita wayang saja.
Giliran pertama, Abu, bekas anggota KNPI,
berasal dari Madura, masuk. Si penguji
bertanya: “Siapa yang menculik Sinta?”.
Jawab Abu: “Rahwana”. Abu lulus, dan diterima
jadi intel.
Giliran ke dua Bustanul, bekas anggota FKPPI,
berasal dari Sawahlunto. Si penguji bertanya:
“Siapa adik Rama yang mengikutinya hidup di
hutan?”.
Bustanul berpikir sejenak dan dalam hati
mengutuk pertanyaan yang Jawa-sentris ini. Tapi
ia bisa menjawab: “Laksmana”. Bustanul pun
lulus, dan diterima jadi intel.
Giliran ke tiga Prabowo, bekas anggota Pemuda
Pancasila, berasal entah dari mana. Si penguji
bertanya: “Siapa yang bertanding dan akhirnya
membunuh Rahwana?”.
Prabowo terdiam, tidak menjawab, meskipun
senyum terus. Sampai 10 menit. Akhirnya si
penguji kehilangan kesabaran dan berkata:
“Kamu boleh pulang sekarang, dan besok
datang lagi dengan membawa jawabanmul”
Prabowo pun keluar, dengan senyum terus. Di
rumah dia ditanya oleh bapaknya, bagaimana
hasil ujiannya jadi intel, kok senyum-senyum
terus. Jawab Prabowo: “Bagus, Pak. Malah saya
sudah dapat tugas untuk menyelidiki sebuah
kasus perkelahian’’.
=====================================
Rajane Presiden
… ada pejabat pemerintah Indonesia
mengadakan peninjauan lapangan di sebuah
kampung di pelosok Pulau Madura (Jatim).
Seperti biasanya kalau ada pejabat pemerintah
(dari Jakarta) yang datang masyarakat
dikumpulkan untuk menyambut tamu tersebut,
sekalian untuk tatap-muka dan berdialog. …
setelah berdialog kesana-kemari akhirnya
pejabat tersebut ingin mengetest pengetahuan
masyarakat setempat …, maka dia tanya kepada
seorang pria berumur 40 tahunan …, sebut saja
bapak A.
Pejabat: ” … bapak A, apakah bapak tahu siapa
presiden Republik Indonesia?”
Bapak A: ” … yok apa sey (gimana sih), … presiden
Republik Indonesia … ya banyak sekali pak!”
Pejabat (… sedikit bingung dan geli …): “Lho …
apa maksud bapak?”
Bapak A: “Yaah … presiden Republik Indonesia
memang banyak pak, tergantung keadaan pak,
… kadang-kadang ya pak Harmoko (ket:
MenPen), … kadang-kadang ya pak Ali Alatas (ket:
MenLu), … tergantung lah pak, … siapa yang
muncul di televisi …”
Pejabat ( … masih geli dan tetap ingin tahu … ):
“Nah … kalau begitu siapa dong Pak Harto itu?”
Bapak A (dengan semangat tinggi menjawab):
“Wah kalau Pak Harto itu jelas RAJANE PRESIDEN …
pak!”
=====================================
Rehabilitasi Oleh Tuhan
Di akherat, Tuhan memerintahkan malaikat untuk
memberi rehabilitasi pada para jendral militer
yang banyak membunuh rakyat. Untuk itu mereka
akan dikirim kembali dunia, dan ditanyakan apa
yang akan dilakukan.
Jendral Franco dari Spanyol, “terima kasih
Tuhan, aku akan meminta maaf pada rakyatku,
lalu menjadi biarawan dan memuji namaMu.”
Jendral Salazar dari portugal, “terima kasih
Bunda Maria, aku akan pergi dari pintu ke pintu
di seluruh negeri untuk minta dikasihani.”
Jendral Pinochet dari Chile. “terima kasih Jesus,
aku akan menjadi buruh miskin dan memimpin
mereka melawan ketidakadilan.”
Seorang Jendral dari Indonesia berkata,
“Ampun Tuhan! Tolong jangan kirim saya ke
dunia! Kirim saja saya ke neraka. Biarlah 2 Juta
orang komunis menghujat saya, Ribuan dan
ratusan warga Priok, Nipah, Lampung, Tim-Tim,
Aceh , dan korban 27 Juli mengumpat saya! Di
dunia sana, 190 juta orang tidak segan untuk
membunuh saya dua kali.”
======================================
Bank Kebal Likuidasi
Di tengah terjadinya kepanikan dan rush yang
dialami nasabah dan bank di Indonesia menyusul
likuidasi 16 bank oleh Menkeu dan Gubernur BI,
beredar kabar bahwa ada sejumlah bank yang
aman dari ancaman likuidasi susulan. Setidaknya
bank-bank tetsebut tak akan dilikuidasi secara
bersamaan. Bank tersebut antara lain adalah
Bank PANIN, Bank TATA, Bank BUKOPIN dan Bank
HASTIN.
Apa pasalnya?
Selidik punya selidik, ternyata Soeharto
berkeberatan bila bank-bank tersebut dilikuidasi
akan berakibat dengan munculnya berita
“PANTAT BU TIN (baca: TIEN) DILIKUIDASI”.
=====================================
BEnazir Bhuto Dan Tutut
Mbak Tutut, anak Soeharto, sangat ambisius
sekali untuk menjadi pemimpin negara,
walaupun kemampuannya hanya begitu-begitu
saja. Saking ambisinya, Tutut berusaha
menghubungi orang-orang beken dunia untuk
dimintai nasehat. Yang menjadi pilihan Tutut
untuk dimintai nasehat adalah perdana menteri
wanita Pakistan, Benazir Bhutto.
Pada konsultasi yang pertama melalui telepon,
Tutut bertanya, “Mbak Benazir, coba tolong saya,
bagaimana sih caranya untuk bisa menjadi
presiden.”
“Oh, itu mudah,” ujar Benazir, “coba Mbak Tutut
memakai kacamata seperti saya.”
Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir,
memakai kacamata. Namun sudah sebulan
menggunakan kacamata, tetap tidak dipilih
mejadi presiden. Terus dia telepon lagi Benazir.
“Mbak Benazir, gimana nih,” kata Tutut, “masak
saya sudah memakai kaca mata, kok masih belum
dipilih juga menjadi presiden.”
“Oh, memang masih ada syarat yang lainnya sih,”
ujar Benazir, “coba Mbak Tutut memakai
kerudung seperti saya.”
Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir,
memakai kerudung. Ternyata berhasil, sesudah
sebulan menggunakan kerudung, Tutut akhirnya
diangkat menjadi menteri lauk-pauk (= menteri
Soksial). Namun dasar rakus dan ambisius, Tutut
tetap ingin mejadi presiden. Terus dia telepon
lagi Benazir.
“Mbak Benazir, gimana nih,” ujar Tutut di telepon,
“masak saya sudah berkacamata dan
berkerudung seperti Mbak Benazir, tetapi kok
saya cuma dipilih jadi menteri. Gimana sih
syaratnya supaya jadi presiden.”
Dengan agak sungkan Benazir menjawab,
“Memang sih, masih ada syarat yang lain, cuma
yang ini paling berat dan mungkin anda tidak
mampu melaksanakannya!”
Tutut karena penasaran dan ambisius, dengan
semangat berapi-api bertanya lagi, “Ayo donk
Mbak Benazir, katakan saja syarat itu, saya pasti
akan melaksanakannya.”
Benazir Bhutto tetap saja sungkan
memberitahukan syarat yang terakhir itu, namun
karena didesak oleh Tutut berkali-kali, akhirnya
Benazir berkata, “Begini dik Tutut, supaya anda
dapat menjadi presiden, anda harus mengikuti
langkah saya yaitu bapak anda harus digantung
seperti yang dialami bapak saya.”
==================================
Obral Otak
Pada 30 tahun yang akan datang, teknologi
rekayasa genetika sudah demikian
berkembangnya, sehingga cangkok otak sudah
dapat dilaksanakan dengan mudah. Oleh karena
itu banyak otak yang diawetkan menunggu
pasien yang membutuhkan. Di suatu bank/toko
donor otak dijual otak dari berbagai negara di
dunia. Dibawah ini adalah daftar harga otak
berdasarkan negara asal.
Asal Otak Harga
USA free/obral/ sale
Inggris Rp. 1.000.000,-
Jerman Rp. 900.000,-
Jepang Rp. 100.000,-
… …
Indonesia Rp. 1.000.000.000,-
Melihat daftar harga yang semacam itu, seorang
turis yang masuk toko tersebut menjadi heran,
terus dia bertanya kepada yang empunya toko
“Pak, … maaf pak kelihatannya daftar harga
anda itu salah dan terbalik”
Yang punya toko: “Oh … tidak bung, harga otak
tersebut memang betul, … otak yang termurah
adalah otak USA dan Jepang karena sering
digunakan jadi sudah rongsokan, … kalau anda
membutuhkan otak, yang terbaik adalah otak
Indonesia, karena masih orisinil, belum pernah
dipakai selama hidup …”
=====================================
Syarwan Tak Butuh Otak
Ketika masih kolonel, Syarwan setiap hari
bermimpi bisa segera jadi jendral. Karena terus
memikirkan kariernya agar bisa cepat melonjak,
Kolonel Syarwan akirnya menderita tumor otak.
Terpaksa sebuah operasi dilakukan. Syarwan
diminta agar tetap diopname di rumah sakit
sambil menunggu tumor otaknya diangkat.
Sementara itu semua informasi yang masuk ke
Syarwan disaring agar penyakitnya tak
bertambah parah.
Banyak diantara bawahan Syarwan membesuk
khususnya setelah bekas operasi di kepala sang
kolonel agak sembuh.
“Pak, ada kabar gembira yang belum saya
sampaikan kepada Bapak, soalnya selama ini â
€˜kan Bapak sakit,” ujar seorang bawahan
memulai percakapan dengan Syarwan yang
sedang berbaring di ranjang.
“Berita apa itu?” tanya Syarwan.
“Bapak sekarang sudah diangkat jadi jendral!”
jawab sang bawahan.
Sementara itu dokter yang mengoperasi tumor
otak Syarwan datang. Ia kelihatan sangat panik.
“Aduh. Gimana ya Pak? Otak Bapak yang saya
operasi lupa saya masukkan kembali ke dalam
kepala Bapak …,” ujar si dokter setengah
melapor.
“Ah, nggak apa-apa Dok. Tak usah repot-repot.
Saya sekarang setelah jadi jendral, jadi nggak
perlu pakai otak lagi …”
Published with Blogger-droid v2.0.4